Mata Plus, Bukan Monopoli Orang Dewasa

Pengertian Hipermetropia

Rabun dekat atau mata plus ternyata bukan kelainan yang hanya akan dialami orang dewasa atau orang lanjut usia saja. Anak-anak juga bisa mengalami rabun dekat. Hanya saja, jenisnya berbeda dari yang dialami orang dewasa usia 40 tahun ke atas.

Rabun dekat yang bisa dialami oleh anak adalah hipermetropia, salah satu tipe kelainan refraksi mata yang sangat umum terjadi.

Kebalikan dari miopia atau rabun jauh, hipermetropia membuat seseorang sulit melihat objek yang jaraknya dekat dengan jelas.

Menurut National Eye Institute dan Department of Health and Human Services Amerika Serikat, hipermetropia dialami oleh satu dari tujuh anak.

Kondisi ini secara signifikan memengaruhi kemampuan anak dalam belajar, membaca, dan performanya selama di sekolah. Sebab, mereka kesulitan untuk memfokuskan mata, padahal kegiatan belajar di sekolah umumnya mengharuskan mata bekerja keras.

Apa yang sebenarnya terjadi ketika kelainan refraksi ini dialami seseorang dan mungkinkah kita mencegahnya? Cari tahu lewat fakta berikut.

Apa itu hipermetropia?

Pada kondisi mata normal, saat cahaya masuk ke mata melalui lensa, cahaya tersebut akan difokuskan di bagian belakang mata, yaitu tepat di retina.

Tapi, pada hipermetropia, atau sering kali disebut juga dengan hiperopia, sejumlah kondisi pada mata menyebabkan cahaya tersebut jatuh jauh di belakang retina.

Kondisi tersebut bisa berupa bentuk kornea yang cenderung datar, bola mata yang terlalu pendek, atau lensa yang terlalu tipis.

Rabun dekat merupakan kelainan refraksi mata yang umum terjadi dan dapat membuat penglihatan jarak dekat menjadi buram.

Penderita rabun dekat biasanya lebih mudah melihat benda-benda yang jauh (paling tidak sejauh 6 meter), namun kesulitan untuk memfokuskan mata pada benda-benda yang berjarak dekat.

Sementara itu, orang dengan rabun dekat dengan tingkatan yang tinggi kemungkinan besar mengalami penglihatan buram pada semua jarak.

Pada awal-awal kemunculannya, hipermetropia sering kali tidak menyebabkan banyak gangguan penglihatan.

Inilah kenapa orang kerap mengabaikannya. Namun, jika kondisi tersebut tidak ditangani dalam periode waktu yang lama, perlahan-lahan hipermetropia bisa menyebabkan hilangnya penglihatan.

Masalah utama yang dihadapi oleh anak-anak usia sekolah umumnya adalah hipermetropia menyebabkan mata tegang dan lelah.

Masalah ini secara signifikan memengaruhi kemampuan mereka untuk mencapai potensi terbaik mereka. Karena, umumnya mereka mengalami kesulitan memfokuskan mata.

Mayoritas anak dengan hipermetropia mewarisi kondisi ini dari orang tuanya. Namun, kondisi ini juga mungkin saja disebabkan oleh masalah perkembangan di dalam rahim atau pada masa kanak-kanak.

Kondisi lain, seperti down syndrome dan kerusakan traumatis pada mata, juga bisa meningkatkan risiko terjadinya hipermetropia.

Jika tidak ditangani dengan benar, hipermetropia bisa menurunkan kualitas hidup Anda. Anda tidak bisa menjalani pekerjaan sebaik yang Anda inginkan.
Dan, karena penglihatan terbatas, Anda tak lagi bisa menikmati kegiatan yang membuat Anda happy.

Di samping itu, hidup dengan hipermetropia yang tidak dikoreksi berkaitan dengan keamanan.

Anda yang sering berkendara atau mengoperasikan alat berat bisa membahayakan diri sendiri.

Penyebab hipermetropia

Peneliti meyakini bahwa rabun dekat memiliki unsur genetik. Artinya, gen yang Anda warisi dari orang tua biologis Anda dapat memengaruhi, apakah Anda menderita rabun dekat atau tidak.

Sebab, beberapa gen memang memengaruhi perkembangan mata, termasuk panjang bola mata.

Artinya, jika orang tua mengalami hipermetropia, Anda juga memiliki risiko mengalami kelainan refraksi yang sama. Namun, Anda juga bisa mengalami hipermetropia sebagai akibat dari suatu kondisi kesehatan, misalnya diabetes, sindrom mata kecil (mikroftalmia), kanker di sekitar mata, atau masalah pembuluh darah di sekitar mata.

Namun, kondisi-kondisi ini cukup jarang terjadi, dan hanya terjadi pada sebagian kecil penderita hipermetropia.

Karena merupakan kondisi yang diwariskan, maka bayi baru lahir sering kali memiliki kelainan refraksi hipermetropia.

Bahkan, anak pada umumnya mengalami rabun dekat, karena mata mereka belum berkembang secara sempurna.

Jadi, karena sifatnya hereditary atau keturunan, kondisi ini tak bisa dicegah.

Ketika bertambah umur, sebagian besar anak dengan hipermetropia ringan dapat mengoreksi kelainan refraksi itu dengan sendirinya karena lensa mata mereka sangat fleksibel.

Mata mereka mampu membelokkan cahaya yang masuk ke mata sedemikian rupa, sehingga dapat memfokuskannya ke retina.

Namun, pada kasus hipermetropia yang lebih berat, kelainan ini tidak terkoreksi dengan sendirinya.

Anda mungkin bertanya-tanya, apa sebenarnya perbedaan antara hipermetropia dan presbiopia. Bukankah keduanya sama-sama menyebabkan kesulitan melihat objek dalam jarak dekat dengan jelas?

Betul, hipermetropia dan presbiopia memang sama-sama rabun dekat.

Perbedaannya terletak pada penyebabnya, Hipermetropia terjadi karena kondisi mata yang tidak mampu membiaskan cahaya secara sempurna, sementara presbiopia terjadi karena pertambahan usia yang mengakibatkan lensa mata menjadi kurang lentur.

Ditambah lagi, hipermetropia bisa terjadi pada anak maupun orang dewasa.

Sedangkan presbiopia hanya dialami oleh orang dewasa yang berusia 40 tahun ke atas, kecuali seseorang mengalami presbiopia dini.

apa itu hipermetropia

Periksakan diri ke dokter mata

Seperti kelainan refraksi mata yang lain, hipermetropia juga memunculkan sejumlah gejala pada penglihatan.

Sebagian orang mengalaminya saat masih anak atau remaja, sebagian mungkin baru menyadarinya ketika menginjak usia 40 tahun.

Beberapa gejala yang mungkin Anda alami, antara lain:

1. Penglihatan buram, terutama ketika melihat benda yang jaraknya dekat.
2. Penglihatan buram dan kelelahan mata di malam hari
3. Penglihatan ganda saat membaca
4. Mata terasa sakit, tegang, dan gatal
5. Selalu memicingkan mata saat membaca.
6. Mata tidak nyaman dan sakit kepala sesudah melakukan pekerjaan dengan jarak dekat, misalnya membaca, memakai komputer, menggambar, atau meneliti angka.

Jika Anda mengalami gejala yang berkaitan dengan gangguan penglihatan, jangan ragu untuk segera membuat jadwal pemeriksaan mata.

Sejumlah gejala rabun dekat, termasuk penglihatan buram, dapat menjadi indikasi adanya masalah mata lebih serius yang memerlukan penanganan tepat waktu.

Jadi, sebaiknya jadwalkan pemeriksaan mata, meskipun Anda merasa mata Anda hanya lelah biasa saja.

Pemeriksaan mata pada anak Anda juga sama pentingnya. Pemeriksaan dini akan mampu mendeteksi kelainan refraksi, seperti hipermetropia, sebelum kemudian menyebabkan komplikasi, seperti amblyopia (salah satu mata mengalami penurunan daya penglihatan) atau strabismus (mata melihat pada dua arah berbeda atau biasa disebut mata juling).

Datanglah ke dokter mata, jika Anda memiliki gejala rabun dekat. Penglihatan buram bisa menjadi peringatan dari banyak masalah kesehatan mata.

Karena itu, jangan sepelekan penglihatan yang mengabur. Dokter akan membantu Anda mendiagnosis gangguan kesehatan mata apa yang Anda alami dan memberi opsi cara mengatasinya.

Kalaupun tidak mengalami masalah penglihatan sama sekali, Anda tetap perlu menjadwalkan pemeriksaan mata secara teratur, terutama saat menginjak usia 40 tahun.

Simak Ulasan Berikut : SmartSight Mudahkan Patricia Mengejar Cita – Cita Menjadi Dokter

Menurut American Optometric Association, anak-anak dan orang dewasa yang tidak memiliki gejala harus menjalani pemeriksaan secara rutin, jika memiliki faktor risiko keturunan hipermetropia.

Dokter mata akan menentukan apakah Anda memerlukan kacamata atau tidak. Pada sebagian orang dengan hipermetropia, mata mereka dapat berakomodasi dengan cahaya bahkan tanpa kacamata.

Namun, jika Anda mengalami gejala yang cukup berat atau kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari-hari, kacamata dapat membuat hidup Anda lebih mudah.

Yang diperlukan untuk mendiagnosis hipermetropia adalah pemeriksaan mata yang standar. Dokter akan meminta Anda menyebutkan angka dan huruf di depan Anda.

Jika tes itu menunjukkan adanya kelainan hipermetropia, Anda akan diminta melihat melalui phoropter, yang memiliki beberapa lensa berbeda.

Dokter akan menempatkan serangkaian lensa di depan mata Anda dan menanyakan lensa mana yang memudahkan Anda membaca, agar bisa menentukan resep kacamata dan lensa kontak yang paling tepat.

Selanjutnya, mereka akan menggunakan retinoskopi untuk melihat bagaimana cahaya dibiaskan pada retina Anda.

Alat ini menyinari mata dengan cahaya, sehingga dokter dapat melihat pantulan cahaya, dan kemudian menyempurnakan kekuatan resep Anda.

Solusi: kacamata, lensa kontak, hingga operasi

Pada orang dewasa kelainan refraksi hipermetropia tidak bisa hilang begitu saja, kecuali Anda menjalani operasi mata untuk mengoreksi kelainan itu secara permanen.

Ada beberapa opsi solusi yang bisa Anda pertimbangkan agar penglihatan Anda normal dan bisa beraktivitas dengan normal pula, yaitu:

1. Kacamata

Lensa pada kacamata bekerja dengan cara sederhana untuk mengoreksi rabun dekat.Lensa akan membantu cahaya untuk fokus langsung pada retina Anda, tidak lagi di belakang retina, agar penglihatan dekat Anda menjadi tajam.

Jika Anda menderita hipermetropia, Anda akan melihat tanda + (plus) di depan angka pada resep. Misalnya, + 1.

Parah atau tidaknya hipermetropia yang Anda alami akan menentukan apakah Anda harus memakainya setiap saat, atau hanya ketika diperlukan saja. Yang jelas, ikuti petunjuk penggunaan kacamata dari dokter, agar Anda tak lagi mengalami keluhan yang mengganggu keseharian Anda.

2. Lensa kontak

Cara kerjanya sama seperti kacamata, yaitu mengoreksi cara cahaya dibiaskan, saat masuk ke mata Anda.

Namun, lensa kontak lebih kecil dibandingkan lensa pada kacamata, dan lensa kontak dipasang langsung pada permukaan bola mata. Umumnya, lensa kontak ini terbilang aman, nyaman, dan mudah digunakan.

Namun, Anda mungkin mengalami masalah mata yang membuat Anda tidak dapat menggunakan lensa kontak, misalnya mata kering dan infeksi mata.

3. Operasi

Anda dapat memilih tindakan bedah untuk memperbaiki rabun dekat agar tak perlu lagi repot membawa kacamata.

Ada banyak pilihan operasi berbeda yang bisa Anda pertimbangkan. Contohnya, tindakan bedah LASIK dapat membantu orang dengan tingkat rabun dekat yang rendah.

Operasi ini dilakukan dengan menggunakan laser untuk membentuk kembali kornea Anda agar lengkungnya sempurna.

Sementara itu, orang dengan tingkat rabun dekat yang tinggi bisa memilih opsi RLE (Refractive Lens Exchange).

Jenis operasi ini menggantikan lensa mata alami Anda dengan lensa intraokular (IOL) untuk mengoreksi penglihatan.

Ada pula tindakan bedah yang disebut PRK (Photorefractive Keratectomy). Saat melakukan operasi ini, dokter akan membuang sejumlah kecil permukaan kornea.

SILC Lasik Center yang dilengkapi mesin canggih dan sederet dokter berpengalaman menyediakan layanan ZLASIK untuk mengatasi hipermetropia.

Prosedurnya terbilang sangat nyaman, cepat, dan akurat, karena semua prosedurnya menggunakan laser, tanpa pisau bedah sama sekali.

ZLASIK dapat mengoreksi hipermetropia antara plus satu hingga plus empat dioptri.

Namun, sebelum menjalani operasi lasik, Anda tentu harus menjalani pemeriksaan yang komprehensif dan memenuhi berbagai persyaratan.