Mitos dan Fakta Soal Mata Minus dan LASIK

Mitos dan Fakta Soal Lasik Mata

Apakah Anda mengalami mata minus sejak kecil? Kondisi mata minus atau miopia atau rabun jauh merupakan kelainan refraksi mata yang umum dialami sejak masih usia anak-anak. Lalu, demi meningkatkan kualitas hidup, apakah Anda sudah mempertimbangkan soal operasi LASIK (Laser Assisted In Situ Keratomileusis)? Atau, masih ragu karena mendengar banyak mitos soal LASIK dan mata minus?

Cari tahu fakta yang benar agar Anda tidak tersesat, ya. Dari berbagai mitos ini, manakah yang sebelumnya Anda percaya?

Mitos: Mata minus disebabkan oleh kebiasaan buruk saat membaca

Fakta: Kondisi mata minus disebabkan oleh faktor kombinasi antara faktor genetik dan lingkungan. Jika salah satu atau kedua orang tua memiliki mata minus, kemungkinan besar anak mereka juga akan mengalami kondisi serupa. Selain faktor keturunan, aktivitas yang memerlukan penggunaan mata dalam jarak dekat, seperti membaca dan menggunakan smartphone, juga dapat meningkatkan risiko terjadinya mata minus.

Biasanya, mata minus mulai muncul pada masa kanak-kanak setelah usia 4 tahun, ketika mata sedang mengalami perkembangan yang pesat. Kondisi ini cenderung memburuk seiring bertambahnya usia dan mencapai puncaknya pada usia sekitar 20 tahun.

Mitos: Gaya hidup tidak membuat ukuran mata minus bertambah

Fakta: Penelitian menunjukkan bahwa gaya hidup dan kebiasaan tertentu, seperti penggunaan perangkat digital dalam jarak dekat dalam waktu yang lama, dapat berpengaruh terhadap peningkatan ukuran miopia. Aktivitas seperti membaca buku elektronik, menonton film di tablet, bermain game, dan menggunakan smartphone, semuanya melibatkan penggunaan layar dan dapat memiliki dampak buruk pada mata, jika tidak dilakukan secara bijak.

Mitos: Efek LASIK tidak tahan lama

Fakta: Efek dari prosedur pembedahan refraktif laser dapat bersifat jangka panjang, bahkan bisa bertahan sepanjang hidup. Namun, Anda perlu memahami bahwa LASIK tidak dapat mencegah perkembangan kondisi mata yang berkaitan dengan proses penuaan, misalnya katarak.

Tujuan utama LASIK adalah untuk mengoreksi penglihatan dengan mengubah bentuk kornea, yaitu lapisan terluar mata. Sebagian besar pasien yang menjalani LASIK akan menikmati hasil koreksi refraktif yang bersifat permanen. Meskipun ada beberapa kasus ketika kelainan refraksi kembali lagi. Hanya saja, perubahan semacam ini sangat jarang terjadi.

Mitos: LASIK hanya untuk mata minus

Fakta: Pada awalnya, ketika teknologi LASIK pertama kali diperkenalkan, memang benar bahwa prosedur ini hanya dapat mengoreksi satu jenis kelainan refraksi mata, yaitu miopia atau rabun jauh. Akan tetapi, perkembangan teknologi telah mengubah fakta ini.

Dalam era modern, laser telah berkembang, sehingga sekarang mampu mengoreksi berbagai jenis kelainan refraksi mata, termasuk mata silinder (astigmatisma) dan rabun dekat (hipermetropia), dengan hasil yang sangat memuaskan. LASIK juga dapat mengatasi kasus kelainan refraksi ganda, misalnya pada pasien yang mengalami mata silinder dan rabun jauh secara bersamaan.

Bahkan, kondisi presbiopia (rabun dekat akibat penuaan) juga dapat ditangani dengan LASIK, meskipun presbiopia ini tidak termasuk dalam kategori kelainan refraksi mata.

Mitos: Berkedip selama prosedur LASIK bikin operasi gagal

Fakta: Selama operasi LASIK, Anda akan sulit berkedip. Karena, sebelum prosedur dimulai, dokter akan memasang alat khusus yang membantu menjaga kelopak mata tetap terbuka, sehingga Anda tidak akan bisa berkedip selama operasi.

Selain itu, klinik mata modern menggunakan sistem laser yang dilengkapi dengan teknologi pelacakan mata berkecepatan tinggi yang sangat canggih. Sistem ini dirancang untuk secara terus-menerus memantau dan menyesuaikan gerakan mata yang sangat kecil sekalipun. Bahkan jika ada pergerakan mata yang lebih besar, sistem ini akan menghentikan laser terlebih dahulu, sehingga kemudian prosedur dapat dilanjutkan tanpa gangguan.

Mitos: Perawatan pasca LASIK sangat ribet

Fakta: Perawatan pasca operasi LASIK tidak merepotkan. Anda hanya perlu merawat mata Anda selama beberapa hari, dan dalam 24 jam setelah prosedur, Anda dapat kembali melakukan sebagian besar aktivitas seperti biasa. Yang perlu dihindari adalah aktivitas fisik berat dan olahraga kontak selama beberapa minggu untuk menghindari risiko benturan pada mata yang sedang dalam tahap penyembuhan.

Tidak ada perawatan khusus yang memerlukan usaha besar, karena tidak ada jahitan atau perban yang perlu diperhatikan. Anda hanya perlu menggunakan tetes mata selama lima hari dan menjaga agar air tidak masuk ke mata. Selain itu, disarankan untuk tidak menggunakan krim mata dan Mitriasan mata selama beberapa hari.

Mitos: Flap kornea susah sembuh

Fakta: Saat menjalani prosedur LASIK, dokter akan membuat flap kecil pada kornea Anda. Ia kemudian akan melipat flap ini untuk mengakses jaringan di bawahnya. Setelah selesai, flap akan diposisikan kembali ke tempat semula, menutupi seluruh area operasi. Anda perlu tahu bahwa flap ini akan sembuh sepenuhnya dalam waktu tiga bulan atau bahkan lebih cepat.

Kemampuan penyembuhan jaringan kornea sangat efisien. Para peneliti melaporkan bahwa angka komplikasi terkait flap biasanya berkisar antara 0,16 hingga 15 persen. Penggunaan laser dengan presisi tinggi dapat menciptakan flap yang sangat tipis dan kecil, yang akan sembuh dengan cepat. Dengan terus berkembangnya teknologi, risiko komplikasi terkait flap semakin berkurang.

Mitos: LASIK hanya untuk orang dewasa muda

Fakta: Jika dokter Anda menganggap Anda terlalu tua untuk menjalani operasi LASIK atau langsung menyatakan bahwa Anda bukan kandidat yang cocok untuk LASIK, jangan ragu mencari pendapat kedua. Selama Anda memenuhi syarat umum untuk LASIK, termasuk memiliki kesehatan mata dan fisik yang baik, tidak ada batasan usia yang mengharuskan Anda untuk tidak menjalani LASIK.

Banyak dokter bedah telah berhasil melakukan LASIK pada pasien yang bahkan jauh melebihi usia 40 tahun. Hasil operasi ini umumnya sukses, memungkinkan para lansia untuk menjalani aktivitas sehari-hari tanpa kacamata.

Baca Juga :

Kapan Waktu Paling Tepat Untuk LASIK?

Kenapa Pilih LASIK di SILC? Ini Jawabannya!

Mitos: Setelah LASIK, olahraga dilarang

Fakta: Banyak orang sangat ingin segera kembali ke aktivitas fisik mereka yang biasa. Anda dapat mulai berolahraga kembali hanya dalam satu hari setelah menjalani operasi LASIK, tergantung pada jenis olahraganya. Tapi, hindari pusat kebugaran umum selama 5 hari pertama setelah operasi, untuk mencegah potensi terpapar oleh kuman.

Anda dapat melakukan yoga atau berlari beberapa hari setelah operasi LASIK. Namun, jika Anda bermain olahraga kontak atau menggunakan raket, seperti tenis, bulu tangkis, squash, atau bermain bola basket, sebaiknya Anda menggunakan pelindung mata.

Mitos: Setelah LASIK, mata minus tidak bisa normal

Fakta: Kemungkinan besar justru sebaliknya, mata minus akan dikoreksi sehingga menjadi normal. Setelah menjalani operasi refraktif seperti LASIK, Anda dapat mencapai penglihatan yang jelas tanpa perlu kacamata atau lensa kontak, serupa dengan mereka yang tidak memiliki mata minus. Hasil dari prosedur LASIK diharapkan sesuai dengan target yang telah ditetapkan sebelum operasi LASIK.

Sebelum operasi, dokter akan menjelaskan perhitungan yang dilakukan, yang memungkinkan mereka untuk memproyeksikan akurasi penglihatan yang akan Anda dapatkan setelah LASIK.

Mitos: LASIK hanya bisa mengoreksi mata minus hingga -6 dioptri

Fakta: Secara umum, operasi LASIK dapat mengoreksi mata minus dalam rentang -1.00 dioptri hingga -12.00 dioptri, dan dalam beberapa kasus bahkan hingga -13.00 dioptri. Namun, kemampuan koreksi LASIK sangat dipengaruhi oleh peralatan yang digunakan dan kondisi mata Anda.

Salah satu faktor penting adalah kelengkungan dan ketebalan kornea. Oleh karena itu, sebelum menjalani LASIK, dokter akan melakukan perhitungan untuk memperkirakan apakah hasilnya akan bisa mencapai target penglihatan normal, atau apakah mungkin akan ada sisa mata minus setelah operasi.

Mitos: Mata minus tidak dapat kembali setelah LASIK

Fakta: Kondisi mata minus dapat kembali setelah operasi LASIK, jika sejumlah syarat tertentu tidak terpenuhi, seperti ketidakstabilan ukuran minus sebelum operasi. Faktor lain yang dapat memengaruhi kembalinya mata minus adalah aktivitas sehari-hari yang memaksa otot mata bekerja keras, seperti penggunaan komputer dalam waktu yang lama. Oleh karena itu, dokter akan memastikan Anda memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan dan menjalani perawatan pasca operasi dengan cermat.

Mitos: Tidak bisa operasi lagi, kalau miopia kembali muncul

Fakta: Kemungkinan untuk operasi tetap bisa, tetapi tergantung pada beberapa faktor. Jika memang diperlukan operasi kedua, prosesnya akan dimulai dengan menjalani pemeriksaan pra-LASIK yang mirip dengan yang dilakukan sebelum operasi LASIK pertama. Semua kondisi mata harus memenuhi persyaratan tertentu, dan ketebalan kornea harus cukup untuk mendukung prosedur tersebut.

Namun, sayangnya, dalam banyak kasus, operasi LASIK pertama dapat menghabiskan sebagian besar ketebalan kornea, terutama jika tingkat mata minus awalnya sangat tinggi. Akibatnya, sisa ketebalan kornea bisa sangat minimal atau bahkan hampir tidak mencukupi. Meskipun demikian, jika kondisi mata memungkinkan dan masih terdapat sisa ketebalan kornea yang cukup, maka operasi kedua dapat dianggap sebagai opsi.

Mitos: Operasi LASIK tidak cocok untuk miopia tinggi

Fakta: Operasi LASIK bisa menjadi solusi yang tepat untuk mata minus yang ukurannya tinggi. Proses LASIK yang menggunakan laser untuk mengubah bentuk kornea mata dengan sangat hati-hati akan mampu memperbaiki masalah penglihatan.

Bagi Anda yang memilih menjalani LASIK untuk memperbaiki miopia tinggi, ada beberapa manfaat yang dapat Anda nikmati. Selain kenyamanan, karena Anda tidak perlu lagi tergantung pada lensa kontak atau kacamata, Anda dapat menjalani gaya hidup yang lebih aktif dan bebas tanpa perlu khawatir tentang masalah yang terkait dengan lensa korektif.

Mitos: LASIK tidak bisa koreksi miopia dan astigmatisma sekaligus

Fakta: Biasanya, ketika LASIK digunakan untuk mengoreksi suatu kelainan refraksi mata, pasien dengan miopia dan astigmatisma dapat menjalani prosedur ini secara bersamaan. Artinya, kedua kelainan refraksi ini dapat dikoreksi dalam satu kali operasi LASIK, tanpa perlu menjalani LASIK dua kali atau secara bertahap.

SILC Lasik Center adalah pusat LASIK terkemuka yang menggunakan peralatan dan mesin laser tercanggih di kawasan Asia Tenggara. Pada SILC, hak pasien untuk mendapatkan informasi yang akurat sangat dihormati. Oleh karena itu, dokter-dokter berpengalaman di SILC dengan senang hati menjelaskan setiap aspek yang terkait dengan LASIK, termasuk risikonya, dengan detail yang komprehensif.