ARTIKEL

Dampak Mata Silinder Terhadap Keseharian Kita

Tuesday, March 19, 2024 | SILC Lasik Center
dampak-mata-silinder-terhadap-keseharian-kita

Dampak Mata Silinder Terhadap Keseharian Kita

Astigmatisma, atau yang biasa disebut mata silinder, merupakan salah satu kelainan refraksi mata yang diakibatkan oleh ketidaksempurnaan bentuk kornea atau lensa. Dua kelainan refraksi lain adalah miopia (rabun jauh atau mata minus) dan hipermetropia (rabun dekat atau mata plus). Bentuk kornea atau lensa yang tidak sempurna ini menyebabkan penglihatan yang buram.

Penglihatan buram akibat astigmatisma akan berdampak terhadap kehidupan Anda. Apa saja dampak dari mata silinder dan apakah ada cara untuk memperbaiki kondisi tersebut?

Penyebab dan faktor risiko mata silinder

Pada orang dengan astigmatisma, lensa atau korneanya (permukaan bagian depan mata) memiliki lengkungan yang tidak beraturan. Hal ini dapat mengubah cara cahaya melintas, atau membias, pada retina, sehingga kemudian menyebabkan penglihatan menjadi buram, kabur, atau terdistorsi.

Ada dua jenis astigmatisma yang umum dialami, yaitu astigmatisma kornea dan lentikular. Mata silinder kornea terjadi, jika terdapat kelainan atau distorsi pada kornea. Sedangkan mata silinder lentikular terjadi, ketika ada distorsi pada lensa.

Astigmatisma terkadang juga digambarkan sebagai astigmatisma reguler atau tidak reguler. Astigmatisma reguler terjadi, ketika mata tidak melengkung sempurna. Jadi, bukannya berbentuk bulat seperti bola basket, bentuknya mungkin jadi seperti bola rugby. Hal ini sering kali menyebabkan penglihatan menjadi kabur dan terdistorsi.

Astigmatisma tidak reguler lebih jarang terjadi. Jenis ini akan terjadi, ketika mata tidak sepenuhnya bulat. Namun, tidak seperti mata silinder reguler (bola mata memiliki bentuk yang rata), mata silinder tidak reguler memiliki kelengkungan yang tidak beraturan. Kelainan ini juga menyebabkan penglihatan terdistorsi dan kabur.

Tidak diketahui apa yang menyebabkan mata silinder, tetapi keturunan merupakan faktor utama. Kondisi mata silinder sering kali sudah ada sejak lahir, tetapi dapat berkembang di kemudian hari. Mata silinder juga dapat terjadi akibat cedera pada mata atau setelah operasi mata. Dan, mata silinder sering terjadi bersamaan dengan rabun jauh atau rabun dekat.

Namun, terkadang, kondisi langka yang disebut keratoconus bisa menyebabkan astigmatisma. Penyakit mata ini memengaruhi kornea, menyebabkan jaringan bening pada kornea menipis dan menonjol keluar. Hal ini menyebabkan penglihatan menjadi keruh atau buram, dan menimbulkan sensitivitas terhadap cahaya terang. Penyebab keratoconus juga tidak diketahui, tetapi diyakini juga disebabkan oleh faktor keturunan.

Perlu diketahui, meskipun membaca dengan cahaya redup dapat mempersulit mata untuk fokus, hal tersebut tidak membahayakan penglihatan atau menyebabkan astigmatisma. Meski demikian, jika Anda sudah memiliki mata dengan kondisi mata silinder, dan Anda membaca dalam cahaya redup, penglihatan Anda mungkin akan semakin buram.

Lalu, siapa yang berisiko mengalami mata silinder? Mata silinder bisa saja dialami oleh anak-anak dan orang dewasa. Risiko Anda mengalami astigmatisma menjadi lebih tinggi, jika Anda memiliki sejumlah faktor risiko lain, seperti:

1. Riwayat keluarga dengan astigmatisma atau gangguan mata lain, seperti keratoconus (degenerasi kornea)

2. Jaringan parut atau penipisan kornea Anda

3. Rabun jauh dengan tingkatan tinggi, yang menyebabkan penglihatan kabur pada jarak jauh

4. Rabun dekat dengan tingkatan tinggi, yang menyebabkan penglihatan jarak dekat menjadi buram

5. Riwayat operasi mata jenis tertentu, seperti operasi katarak (operasi pengangkatan lensa yang keruh)

Dampak mata silinder bagi Anda

Gejala mata silinder bisa berbeda pada setiap orang. Meskipun, ada juga orang yang tidak mengalami gejala sama sekali. Gejala utama mata silinder, antara lain:

1. Penglihatan kabur atau buram. Ini adalah gejala yang umum terjadi pada astigmatisma. Hal ini bisa terjadi baik untuk jarak dekat maupun jarak jauh.

2. Distorsi gambar. Garis lurus mungkin terlihat bengkok atau terdistorsi.

3. Kesulitan melihat objek dengan jelas. Orang dengan astigmatisma mungkin mengalami kesulitan dalam melihat detail atau membaca tulisan dengan jelas.

4. Sakit kepala atau mata lelah. Mengerahkan energi untuk mencoba fokus dengan mata yang tidak berfungsi dengan baik dapat menyebabkan sakit kepala atau rasa lelah pada mata.

5. Sensitivitas terhadap cahaya. Beberapa orang dengan astigmatisma mungkin lebih sensitif terhadap cahaya terang dari biasanya.

6. Sulit berkonsentrasi. Karena mata harus bekerja lebih keras untuk fokus, orang dengan astigmatisma mungkin merasa sulit untuk berkonsentrasi dalam jangka waktu yang lama.

Jika Anda mengalami gejala-gejala tersebut dengan sering, berkonsultasilah dengan dokter mata untuk menjalani pemeriksaan dan mendapatkan diagnosis yang akurat, serta memperoleh rekomendasi solusi yang sesuai. Sebab, astigmatisma dapat memiliki dampak yang signifikan pada kehidupan sehari-hari dan pekerjaan Anda.

Beberapa dampak yang mungkin terjadi, antara lain:

1. Ketidaknyamanan visual

Orang dengan astigmatisma mungkin mengalami ketidaknyamanan visual, seperti mata lelah, sakit kepala, atau ketegangan mata karena harus terus-menerus berusaha untuk fokus pada objek. Akibatnya, jadi perlu waktu lebih lama untuk melakukan suatu pekerjaan.

2. Kesulitan dalam aktivitas sehari-hari

Astigmatisma dapat mengganggu aktivitas sehari-hari, seperti membaca, menulis, mengemudi, atau menggunakan komputer, karena sulit untuk melihat objek dengan jelas. Dengan begitu, Anda jadi kesulitan untuk melakukan pekerjaan dengan efisien.

3. Pengaruh terhadap kinerja

Astigmatisma dapat memengaruhi kinerja kerja seseorang, terutama jika pekerjaan tersebut membutuhkan penggunaan mata secara intensif, seperti pekerjaan yang melibatkan penggunaan komputer atau membaca dokumen dalam waktu lama. Contohnya, akuntan dan sekretaris.

4. Ketidakmampuan dalam beberapa profesi

Beberapa profesi, seperti pilot, polisi, dan anggota militer harus memiliki penglihatan yang baik, karena terkait dengan keselamatan, Astigmatisma yang parah bisa menjadi hambatan bagi seseorang yang ingin menjalani karier di bidang-bidang tersebut.

5. Keterbatasan dalam aktivitas olahraga

Astigmatisma membatasi kegiatan Anda dalam melakukan beberapa jenis olahraga, terutama yang membutuhkan ketajaman visual dan koordinasi mata yang baik, seperti sepak bola, futsal, tenis, atau bulutangkis.

6. Ketergantungan pada kacamata atau lensa kontak

Orang dengan astigmatisma mungkin perlu mengandalkan kacamata atau lensa kontak untuk membantu mereka melihat dengan jelas. Ini bisa menjadi pengeluaran tambahan dan memerlukan perawatan yang teratur.

Diagnosis dan solusi mata silinder

Dokter spesialis mata bisa mendiagnosis astigmatisma melalui pemeriksaan mata yang komprehensif. Ada beberapa tes yang akan dilakukan oleh dokter mata untuk mendiagnosis astigmatisma, seperti:

1. Tes penilaian ketajaman penglihatan

Selama tes ini, dokter akan meminta Anda membaca huruf dari grafik pada jarak tertentu untuk menentukan seberapa baik Anda dapat melihat huruf-huruf tersebut.

2. Tes refraksi

Tes refraksi menggunakan mesin yang disebut refraktor optik. Mesin tersebut mempunyai sejumlah lensa kaca korektif yang kekuatannya berlainan. Dokter akan meminta Anda untuk membaca grafik, sambil melihat melalui lensa dengan kekuatan berbeda pada refraktor optik. Akhirnya, dokter akan menemukan lensa yang tepat untuk mengoreksi penglihatan Anda.

3. Keratometri

Keratometri adalah cara bagi dokter untuk mengukur kelengkungan kornea Anda. Dokter akan melakukan pemeriksaan tersebut dengan melihat mata Anda melalui keratometer.

Mata diukur dalam dioptri, yang merupakan kekuatan optik lensa. Jika mata Anda tidak memiliki astigmatisma, Anda memiliki 0 dioptri. Namun, jika Anda memiliki mata silinder, kemungkinan besar Anda memiliki dioptri yang lebih besar dari 0,5. Biasanya, untuk mata dengan astigmatisma ringan, tidak diperlukan penanganan. Tapi, jika ukuran astigmatisma Anda mencapai 1,5 dioptri atau lebih tinggi, dokter akan memberikan opsi solusi. Jika tidak ditangani, mata silinder dapat menyebabkan komplikasi. Contohnya, mata malas (amblyopia) dapat terjadi, ketika seseorang memiliki astigmatisma hanya pada satu mata, atau astigmatisma pada satu mata lebih buruk daripada mata lainnya, dan kondisi tersebut tidak dikoreksi. Selain itu, mata silinder terkadang menyebabkan ketegangan mata dan sakit kepala.

Dokter dapat merekomendasikan salah satu metode penanganan, seperti:

1. Lensa korektif

Kacamata korektif dan lensa kontak yang diresepkan oleh dokter merupakan penanganan yang paling umum dan paling tidak invasif untuk mata silinder. Hanya saja, aktivitas atau gerakan Anda jadi terbatas demi menjaga lensa kontak dan kacamata tidak rusak atau jatuh.

2. Orthokeratology (Ortho-K)

Orthokeratology (Ortho-K) merupakan opsi bagi mereka yang tidak ingin menjalani tindakan bedah, tapi tidak ingin memakai kacamata pada saat bekerja. Anda akan hanya perlu menggunakan lensa kontak tidak lentur saat tidur dan melepasnya di siang hari untuk jangka waktu terbatas.

Selama perawatan dengan Ortho-K, Anda dapat memiliki penglihatan yang jelas pada siang hari saat bekerja, tanpa harus memakai kacamata. Namun, manfaat Ortho-K hanya akan dirasakan, selama Anda menggunakannya. Penglihatan Anda akan kembali seperti semula setelah menghentikan pemakaian Ortho-K.

3. Tindakan bedah refraktif

Terdapat beberapa opsi tindakan bedah untuk menangani mata silinder. Jenis pembedahan ini melibatkan penggunaan laser atau pisau kecil untuk membentuk ulang kornea Anda. Operasi tersebut akan memperbaiki astigmatisma Anda secara permanen.

Salah satu tindakan bedah yang banyak direkomendasikan adalah LASIK (Laser Assisted In Situ Keratomileusis). Prosedur LASIK yang modern menggunakan dua jenis laser, yaitu laser femtosecond untuk membuat flap dan laser excimer untuk membentuk ulang kornea. Pembentukan ulang kornea tersebut akan memperbaiki penglihatan Anda. Meski terkesan baru, prosedur tersebut sudah ada selama beberapa dekade.

Kondisi mata silinder dengan tingkatan ringan dan sedang dapat diatasi dengan LASIK secara efektif. Tindakan tersebut tidak memerlukan rawat inap di rumah sakit dan dapat dilakukan dalam waktu 30 menit di ruang bedah. Jadi, Anda bisa pulang tak lama setelah operasi selesai. Selama beberapa bulan dokter akan memantau perkembangan pemulihan Anda dan Anda pun harus mengikuti semua instruksi dokter agar pemulihan berjalan lancar.

Namun, pembedahan untuk mengatasi mata silinder juga memiliki risiko. Efek samping pembedahan sering kali bersifat sementara dan akan membaik dalam beberapa minggu. Efek samping ini antara lain berupa mata kering, kepekaan terhadap cahaya, dan masalah penglihatan di malam hari.

SILC Lasik Center menyediakan layanan LASIK dengan tingkat keberhasilan yang tinggi. Untuk meningkatkan kenyamanan dan keamanan pasien, klinik ini dilengkapi dengan dua mesin laser dengan kecepatan operasi tertinggi di dunia. Selain itu, klinik ini juga dilengkapi dengan mesin laser mutakhir, yang saat ini merupakan satu-satunya di Indonesia dan Asia Tenggara.