ARTIKEL

Mata Minus Tinggi dan Kebutaan Akibat Glaukoma: Bisakah LASIK Menjadi Solusi?

Thursday, October 24, 2024 | SILC Lasik Center
mata-minus-tinggi-dan-kebutaan-akibat-glaukoma-bisakah-lasik-menjadi-solusi

Mata minus tinggi adalah kondisi gangguan refraksi yang ditandai dengan kesulitan melihat objek jauh secara jelas karena bola mata memanjang sehingga fokus cahaya jatuh di depan retina. Kondisi ini umumnya ditandai dengan nilai dioptri lebih dari -6 dan bisa terus berkembang seiring usia. Mata minus tinggi tidak hanya mengganggu aktivitas sehari-hari, tetapi juga meningkatkan risiko komplikasi serius seperti glaukoma dan ablasi retina. Tanpa perawatan yang tepat, penderita berisiko mengalami penurunan fungsi penglihatan secara signifikan, bahkan kebutaan. Operasi LASIK menjadi salah satu solusi yang banyak dipertimbangkan untuk mengatasi mata minus tinggi agar Anda bisa terbebas dari ketergantungan kacamata atau lensa kontak. Namun, sebelum mengambil keputusan, penting untuk memahami penyebab, gejala, serta risiko perkembangan kondisi ini.

Apa itu Mata Minus Tinggi dan Bagaimana Kondisi Ini Memengaruhi Penglihatan?

Mata minus tinggi dapat disebabkan oleh berbagai faktor, baik genetik maupun lingkungan. Jika kedua orang tua memiliki kondisi serupa, risiko anak mengalami mata minus tinggi akan meningkat. Selain faktor keturunan, gaya hidup juga memegang peranan penting. Kebiasaan seperti membaca atau menatap layar dalam waktu lama tanpa istirahat dan kurangnya aktivitas di luar ruangan bisa mempercepat perkembangan miopia.

Menurut penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Investigative Ophthalmology & Visual Science, anak-anak yang kurang terpapar cahaya alami memiliki risiko lebih besar mengalami miopia progresif. Pencahayaan alami membantu mengatur pertumbuhan bola mata, dan kekurangannya bisa menyebabkan mata berkembang terlalu panjang, yang menjadi penyebab mata minus tinggi.

Gejala mata minus tinggi tidak hanya berupa penglihatan buram saat melihat jarak jauh. Penderita juga sering mengalami mata cepat lelah, sakit kepala, dan ketegangan mata terutama saat melakukan aktivitas dekat seperti membaca atau menggunakan komputer.

Dalam kehidupan sehari-hari, kondisi ini dapat mengganggu produktivitas. Mengemudi di malam hari, membaca papan petunjuk, atau berpartisipasi dalam kegiatan olahraga bisa menjadi tantangan besar tanpa alat bantu penglihatan. Ketergantungan pada kacamata atau lensa kontak dengan kekuatan tinggi terkadang membuat penderita merasa tidak nyaman atau kurang percaya diri.

Lebih jauh lagi, kondisi mata minus tinggi juga bisa berkembang semakin parah, terutama jika tidak ditangani sejak dini. Pada masa anak-anak dan remaja, perkembangan miopia bisa sangat cepat karena mata masih dalam fase pertumbuhan. Bahkan setelah dewasa, risiko komplikasi serius tetap ada, dan salah satu yang paling mengkhawatirkan adalah glaukoma.


Apa itu Glaukoma dan Bagaimana Hubungannya dengan Mata Minus Tinggi?

Glaukoma merupakan gangguan mata serius yang muncul akibat peningkatan tekanan intraokular, sehingga saraf optik mengalami kerusakan. Jika tidak mendapatkan penanganan segera, kondisi ini dapat mengakibatkan penurunan penglihatan secara bertahap hingga kebutaan permanen. Penyakit ini sering disebut pencuri penglihatan diam-diam karena perkembangannya lambat dan tidak menunjukkan gejala jelas pada tahap awal. Itulah sebabnya banyak orang baru menyadari keberadaannya setelah kerusakan yang cukup parah terjadi.

Risiko glaukoma lebih tinggi pada penderita mata minus tinggi karena struktur mata mereka yang memanjang dapat mengganggu aliran cairan mata. Gangguan aliran ini menyebabkan peningkatan tekanan di dalam bola mata, yang pada akhirnya bisa merusak saraf optik.

Selain itu, saraf optik penderita miopia cenderung lebih rapuh, sehingga lebih mudah mengalami kerusakan jika tekanan mata tidak terkontrol dengan baik. Kombinasi antara mata minus tinggi dan glaukoma mempercepat penurunan fungsi penglihatan, bahkan bisa menyebabkan kebutaan jika tidak ditangani dengan tepat. Berikut ini beberapa gejala awal glaukoma yang harus diperhatikan agar dapat dideteksi lebih dini.

1. Penglihatan kabur atau buram secara bertahap

Biasanya terjadi saat melihat objek jarak jauh atau dalam kondisi pencahayaan rendah. Perubahan ini bisa berlangsung perlahan, sehingga sering tidak disadari.

2. Rasa sakit di mata atau kepala

Rasa nyeri yang tidak normal, terutama jika disertai dengan peningkatan tekanan intraokular, dapat menandakan adanya masalah serius pada mata. Kondisi ini sebaiknya tidak diabaikan, karena bisa menjadi gejala awal dari gangguan mata yang memerlukan penanganan segera.

3. Hilangnya penglihatan

Penurunan kemampuan melihat pada area tepi merupakan salah satu ciri khas dari glaukoma. Sayangnya, banyak pasien tidak menyadari perubahan ini karena mereka lebih memperhatikan penglihatan sentral, yang masih terlihat jelas pada tahap awal perkembangan penyakit.

4. Lingkaran cahaya

Munculnya lingkaran cahaya di sekitar objek bercahaya, terutama saat malam hari, kerap dialami oleh beberapa pasien. Kondisi ini sering kali disebabkan oleh tingginya tekanan intraokular, yang dapat memengaruhi kemampuan mata dalam memfokuskan cahaya dengan baik.

5. Mata terasa tegang atau berat

Setelah melakukan aktivitas visual seperti membaca atau menatap layar, mata mungkin terasa lelah atau tegang tanpa sebab yang jelas. Karena gejala-gejala ini berkembang perlahan dan sering menyerupai masalah mata biasa, banyak penderita baru memeriksakan diri ketika kondisi sudah parah.


Untuk mencegah kerusakan permanen yang disebabkan oleh glaukoma, deteksi dini memainkan peran penting. Pemeriksaan mata menyeluruh diperlukan untuk memastikan adanya peningkatan tekanan intraokular dan mengevaluasi kondisi saraf optik. Selain itu, dokter mungkin akan melakukan tes lainnya untuk melihat apakah sudah ada gangguan pada penglihatan tepi.

Ketika Anda didiagnosis menderita miopia tinggi disertai glaukoma, dokter akan merancang kombinasi perawatan yang sesuai dengan kondisi tersebut. Jika kondisi Anda memerlukan tindakan lebih lanjut, dokter mungkin akan merekomendasikan prosedur bedah. Bagi beberapa penderita dengan tekanan mata yang sudah terkendali, LASIK dapat dipertimbangkan sebagai solusi untuk mengoreksi mata minus dan meningkatkan kenyamanan penglihatan sehari-hari tanpa bergantung pada kacamata atau lensa kontak.

Bisakah LASIK Menjadi Solusi untuk Mata Minus Tinggi?

Teknologi laser yang digunakan dalam prosedur LASIK memungkinkan perubahan bentuk kornea, memastikan fokus cahaya jatuh tepat di retina untuk penglihatan yang optimal. LASIK dapat menjadi solusi efektif untuk mengatasi miopia tinggi, meskipun efektivitasnya tergantung pada tingkat keparahan minus dan kondisi kesehatan mata secara keseluruhan. Pada umumnya, LASIK paling efektif untuk penderita dengan minus di bawah -10 dioptri. Jika minus terlalu tinggi, beberapa pasien mungkin tidak bisa sepenuhnya bebas dari kacamata, tetapi penglihatan mereka akan tetap jauh lebih baik dibandingkan sebelumnya.

Bagi Anda yang memiliki mata minus tinggi dan sekaligus berisiko mengalami gangguan mata serius seperti glaukoma, evaluasi mendalam dari dokter mata sangat penting. Dalam beberapa kasus, dokter mungkin merekomendasikan prosedur alternatif seperti PRK, jika LASIK dinilai kurang aman.

Tidak semua orang dengan miopia tinggi juga bisa menjadi kandidat untuk LASIK. Beberapa faktor yang menentukan kelayakan pasien meliputi usia minimal 18 tahun, kondisi mata yang stabil (minus tidak berubah setidaknya dalam satu tahun terakhir), dan ketebalan kornea yang cukup. Jika kornea terlalu tipis, risiko komplikasi akan meningkat, sehingga LASIK mungkin tidak dianjurkan.

Kondisi kesehatan mata lainnya juga perlu diperiksa, seperti glaukoma atau katarak. Pasien dengan glaukoma aktif atau tekanan intraokular tinggi mungkin tidak cocok untuk LASIK, karena prosedur ini bisa memperburuk kondisi saraf optik.

Meskipun LASIK adalah prosedur yang relatif aman dan memiliki tingkat keberhasilan tinggi, tetap ada beberapa risiko yang perlu dipertimbangkan, terutama bagi penderita mata minus tinggi. Salah satu risiko utamanya adalah regresi penglihatan, yaitu kondisi di mana minus berangsur kembali setelah beberapa tahun. Risiko ini lebih besar pada penderita dengan miopia yang sangat tinggi, meskipun penglihatan mereka tetap akan lebih baik dibandingkan sebelum operasi.

Selain itu, ada kemungkinan munculnya efek samping seperti mata kering, penglihatan buram, atau melihat lingkaran cahaya di sekitar sumber cahaya, terutama saat malam hari. Bagi mereka yang juga memiliki glaukoma, operasi LASIK harus dilakukan dengan sangat hati-hati karena perubahan tekanan mata bisa memperburuk kondisi saraf optik. Oleh karena itu, pemantauan pascaoperasi secara rutin sangat penting untuk memastikan hasil operasi tetap optimal dan komplikasi dapat dicegah.

Bisakah LASIK Membantu Mengurangi Risiko Kebutaan Akibat Glaukoma?

Secara medis, LASIK tidak bisa menyembuhkan glaukoma karena fungsinya adalah membentuk ulang kornea untuk mengoreksi gangguan refraksi seperti miopia, hipermetropi, atau astigmatisme. Sementara itu, glaukoma merupakan masalah yang melibatkan saraf optik dan tekanan intraokular. Pengobatan glaukoma biasanya mencakup penggunaan obat tetes mata, terapi laser, atau dalam beberapa kasus, tindakan operasi khusus seperti trabekulektomi untuk mengurangi tekanan mata.

Namun, bagi penderita miopia tinggi yang mengalami tekanan mata stabil dan tidak mengalami kerusakan saraf optik lebih lanjut, LASIK dapat menjadi pilihan untuk meningkatkan kenyamanan penglihatan sehari-hari. Dalam kasus seperti ini, LASIK mungkin tidak menyembuhkan glaukoma, tetapi dapat membantu pasien mengatasi keterbatasan penglihatan tanpa alat bantu, sehingga mereka lebih fokus pada penanganan glaukoma melalui terapi khusus.

Bagi penderita miopia tinggi yang juga berisiko atau telah didiagnosis dengan glaukoma, langkah pertama yang paling penting adalah melakukan pemeriksaan mata secara menyeluruh. Dokter mata akan memantau tekanan intraokular secara rutin dan menilai kondisi saraf optik untuk mencegah kerusakan lebih lanjut.

Mengapa Klinik SILC Menjadi Pilihan Terbaik untuk LASIK dan Pengobatan Mata?

Ketika menghadapi kondisi mata minus tinggi dan risiko glaukoma, memilih klinik yang tepat untuk perawatan mata adalah langkah penting. SILC Lasik Center hadir sebagai pusat layanan kesehatan mata dengan reputasi unggul, menawarkan solusi komprehensif mulai dari LASIK hingga pengobatan glaukoma. Dengan teknologi terkini dan tenaga ahli yang berpengalaman, Klinik SILC menjadi pilihan utama bagi Anda yang ingin mendapatkan hasil optimal dan aman dalam perawatan mata.

Klinik SILC selalu mengedepankan teknologi modern untuk memastikan setiap prosedur, termasuk LASIK, berjalan dengan presisi tinggi dan keamanan maksimal. Kualitas layanan di Klinik SILC didukung oleh tim dokter spesialis mata yang berpengalaman dan memiliki keahlian tinggi dalam bidang operasi LASIK dan pengobatan mata. Para dokter di Klinik SILC telah menangani berbagai kasus kompleks, termasuk pasien dengan miopia tinggi dan risiko glaukoma, sehingga mereka memiliki pemahaman mendalam mengenai kondisi dan solusi terbaik untuk setiap pasien. Klinik SILC Lasik Center didirikan oleh Dr. Sophia Pujiastuti, SpM (K), MM yang merupakan Dokter Spesialis Mata yang berpengalaman dan salah satu yang tebaik di Indonesia.

Dr.  Sophia Pujiastuti, SpM(K), MM berpengalaman lebih dari 15 tahun di bidang bedah refraktif, khususnya operasi lasik di Indonesia. Ia menyelesaikan pendidikan Spesialis Mata di Universitas Indonesia tahun 2004 dan memperdalam bidang glaukoma dengan mengikuti fellowship di Universitas Indonesia tahun 2004. Ia kemudian lanjut memperdalam bedah reaktif, khususnya operasi lasik, melalui kursus intensif di India tahun 2006 di bawah bimbingan langsung dr. Rupal Shah yang merupakan salah satu ahli bedah refraktif terkemuka di dunia. Dokter Rupal Shah adalah salah satu perintis tekhnik lasik dan dalam 12 tahun terakhir juga berperan aktif dalam pengembangan prosedur Lenticule extraction dari Zeiss untuk operasi bedah refraktif.