ARTIKEL

Punya Jaringan Parut Kornea, Boleh LASIK?

Sunday, June 30, 2024 | SILC Lasik Center
punya-jaringan-parut-kornea-boleh-lasik

Punya Jaringan Parut Kornea, Boleh LASIK?

Kornea merupakan jaringan bening berbentuk kubah di bagian paling luar mata, yang bertugas untuk menghalangi mata dari benda asing, termasuk debu dan kotoran. Ketika kornea Anda sehat, Anda seperti melihat keluar melalui jendela yang jernih tanpa masalah. Tapi, ketika kornea mengalami kerusakan, penglihatan Anda menjadi kabur. Anda seperti melihat melalui jendela dengan banyak noda yang melekat di atasnya.

Kornea memiliki sifat yang tangguh, karena sering kali dapat memperbaiki diri sendiri dari kerusakan ringan, tetapi apa yang terjadi jika kornea mengalami lebih dari sekadar goresan ringan? Hal ini dapat menyebabkan jaringan parut kornea.

Pertanyaannya, ketika Anda mengalami kelainan refraksi dan ingin menjalani LASIK (Laser Assisted In Situ Keratomileusis) tapi punya jaringan parut kornea, apakah pintu kesempatan bagi Anda langsung tertutup? Ini jawabannya.

Fakta soal jaringan parut kornea

Kornea memainkan peran penting untuk penglihatan, karena kornea memfokuskan sinar cahaya yang jatuh pada retina. Jika kornea rusak akibat penyakit, trauma, atau infeksi, maka jaringan parut kornea dapat terjadi.

Jaringan parut kornea adalah kekeruhan atau ketidakteraturan yang mengurangi kemampuan kornea untuk memfokuskan cahaya yang diperlukan untuk memvisualisasikan objek apa pun. Jika bekas luka berada di tepi luar kornea, mungkin tidak akan berpengaruh terhadap penglihatan. Tapi, jika bekas luka terletak di kornea sentral, maka penglihatan dapat terganggu secara signifikan.

Sebenarnya jaringan parut kornea merupakan kasus umum yang dapat dicegah. Artinya, jika penyebab potensial jaringan parut kornea ditangani dengan segera, mungkin tidak akan terjadi kerusakan pada kornea sama sekali.

Ada sejumlah hal yang menjadi penyebab terjadinya jaringan parut kornea, antara lain:

1. Penggunaan lensa kontak yang tidak tepat

Faktor seperti teknik pembersihan yang tidak baik, penggunaan lensa kontak yang sudah kedaluwarsa, kebersihan tangan yang tidak dijaga, dan tidur dengan lensa kontak, dapat menyebabkan infeksi yang menyebabkan jaringan parut pada kornea.

2. Mata kering yang parah

Tanpa air mata, partikel seperti debu akan tetap berada di dalam mata Anda. Hal ini dapat menggores kornea dan menyebabkan infeksi.

3. Konjungtivitis

Kondisi mata merah muda atau konjungtivitis yang disebabkan oleh paparan bahan kimia dan zat lain dapat menyebabkan jaringan parut kornea.

4. Luka bakar akibat bahan kimia

Jika bahan kimia, seperti pemutih, amonia, dan pembersih lain masuk ke dalam mata Anda, maka dapat menyebabkan kerusakan permanen pada kornea.

5. Cedera

Cedera serius dapat mengakibatkan pembentukan jaringan parut pada kornea. Sebagai contoh, goresan dari potongan kecil logam yang masuk ke dalam mata sering menyebabkan jaringan parut kornea.

6. Kondisi peradangan

Keratitis (radang kornea), herpes okular, herpes zoster, dan rheumatoid arthritis yang parah, dapat menyebabkan jaringan parut kornea.

7. Penyakit atau degenerasi kornea

Kelainan pada kornea, seperti pertumbuhan abnormal, masalah struktural, dan ulkus, dapat membuat Anda berisiko mengalami jaringan parut kornea.

Sama seperti masalah mata lain, gejala utama jaringan parut kornea adalah penglihatan yang buram. Semakin tebal dan dalam sebuah jaringan parut, semakin buram pula penglihatan Anda. Gejala lain yang biasa dirasakan adalah nyeri mata, kemerahan, gatal, air mata yang berlebihan, bengkak, sensasi terbakar, dan sensitivitas berlebih terhadap cahaya.

Jika Anda mengalami gejala ringan atau sedang, buatlah jadwal konsultasi dengan dokter mata. Begitu juga, jika Anda mengalami perubahan penglihatan mendadak atau gejala yang mengkhawatirkan.

Kondisi kornea untuk kelayakan LASIK

LASIK merupakan tindakan bedah yang sangat populer untuk mengoreksi kelainan refraksi, yaitu miopia atau mata minus, hipermetropia atau mata plus, dan astigmatisma atau mata silinder. Tapi, untuk memastikan keamanan dan efektivitasnya, dokter mata berpengalaman harus menentukan apakah Anda memang kandidat yang layak untuk LASIK.

Prosedur LASIK bekerja dengan cara mengubah bentuk kornea agar cahaya bisa difokuskan tepat pada retina. Tergantung kelainan refraksi yang Anda alami, kornea diubah kelengkungannya sehingga menjadi lebih curam, lebih datar, atau lebih beraturan bentuknya.

Karena kornea menjadi fokus dalam tindakan bedah LASIK, maka segala hal yang menyangkut kornea, perlu diperhatikan. Mulai dari ketebalannya hingga kesehatannya. Lalu, apakah pasien dengan jaringan parut kornea langsung tereliminasi dari daftar kandidat LASIK?

Jaringan parut pada kornea dapat berpengaruh terhadap ketebalan dan kelengkungan kornea. Keduanya merupakan faktor penting bagi keberhasilan operasi LASIK. Lebih spesifik lagi, lokasi dan luasnya jaringan parut pada kornea sangat penting dalam menentukan apakah Anda bisa menjalani LASIK.

1. Lokasi parut kornea

Jika jaringan parut berada di pusat kornea atau area optik utama, hal tersebut dapat mengganggu penglihatan secara signifikan dan membuat prosedur LASIK jadi lebih berisiko. Bagian tengah kornea adalah area yang paling penting untuk penglihatan, karena merupakan jalur utama cahaya yang masuk ke mata.

Sementara itu, jaringan parut yang berada di bagian tepi kornea (perifer kornea) atau di luar area optik utama, mungkin tidak terlalu berpengaruh terhadap hasil visual setelah LASIK. Jika jaringan parut kornea tidak sampai mengganggu penglihatan Anda secara langsung, kemungkinan besar Anda masih bisa menjalani LASIK dengan aman.

2. Luas parut kornea

Jaringan parut yang kecil dan terbatas pada bagian tertentu dari kornea mungkin tidak secara signifikan memengaruhi kelayakan Anda untuk LASIK. Dokter mata mungkin bisa menghindari area parut selama prosedur.

Tapi, jaringan parut yang luas atau tebal dapat mengubah struktur kornea secara signifikan, menyebabkan lebih sulit bagi Anda untuk mendapatkan hasil yang diinginkan dari LASIK. Kornea mungkin menjadi terlalu tipis atau tidak cukup sehat setelah prosedur, sehingga berpotensi menyebabkan masalah penglihatan dengan tingkatan lebih lanjut.

Pemeriksaan kornea untuk LASIK

Untuk menentukan kelayakan LASIK bagi seseorang dengan jaringan parut kornea, dokter mata biasanya akan melakukan beberapa pemeriksaan, yaitu:

1. Topografi kornea

Topografi kornea merupakan teknik diagnostik untuk membuat peta tiga dimensi permukaan kornea. Ini adalah alat yang sangat penting dalam menentukan kelayakan pasien untuk prosedur LASIK, terutama bagi mereka yang memiliki jaringan parut pada kornea.

Tes ini akan menghasilkan pemetaan terperinci dari permukaan kornea untuk melihat kelainan bentuk yang disebabkan oleh jaringan parut. Jika jaringan parut menyebabkan kelainan bentuk pada kornea, seperti astigmatisma tidak teratur atau keratoconus, topografi kornea akan menunjukkan kondisi tersebut dengan jelas. Hasil pemetaan ini membantu dokter dalam merencanakan prosedur atau memutuskan bahwa LASIK mungkin bukan pilihan terbaik.

Selain itu, topografi kornea dapat dengan jelas menunjukkan lokasi dan ukuran jaringan parut. Area dengan jaringan parut mungkin tampak tidak rata.

Topografi kornea memastikan bahwa kornea memiliki bentuk dan ketebalan yang memadai untuk menjalani LASIK dengan aman untuk mengurangi risiko komplikasi pasca operasi. Di samping itu, data yang diperoleh dari topografi kornea membantu dalam perencanaan prosedur LASIK yang sangat presisi, termasuk menentukan bagian kornea mana yang harus dibentuk ulang untuk mengoreksi penglihatan.

2. Pachymetry

Pachymetry merupakan teknik diagnostik yang digunakan untuk mengukur ketebalan kornea. Pengukuran ini sangat penting dalam menentukan kelayakan pasien untuk prosedur LASIK, terutama bagi mereka yang memiliki kondisi khusus, seperti jaringan parut pada kornea.

LASIK melibatkan proses pengangkatan lapisan jaringan kornea untuk membentuk ulang permukaannya dan mengoreksi kelainan refraksi. Untuk memastikan bahwa kornea tetap cukup tebal dan kuat setelah prosedur, dokter harus mengetahui ketebalan awal kornea. Ketebalan minimal kornea yang tersisa setelah LASIK biasanya harus setidaknya 250-300 mikrometer untuk menghindari komplikasi seperti ektasia kornea (kornea terlalu lemah dan mulai menonjol keluar).

Jaringan parut yang dialami pasien dapat mengubah ketebalan dan distribusi ketebalan kornea. Pachymetry membantu dalam mengevaluasi sejauh mana parut tersebut berpengaruh terhadap ketebalan kornea secara keseluruhan.

3. Diskusi soal riwayat kesehatan mata

Sebelum menjalani LASIK, konsultasi mendetail dan peninjauan riwayat medis sangat penting untuk memastikan kelayakan dan keselamatan prosedur. Ini termasuk diskusi tentang riwayat kesehatan mata pasien, termasuk bagaimana dan kapan jaringan parut terbentuk, serta pemeriksaan menyeluruh dari kondisi mata saat ini.

Informasi tentang penyebab jaringan parut merupakan informasi sangat penting. Selain itu, mengetahui kapan jaringan parut terbentuk membantu dokter memahami tahap penyembuhan dan stabilitas jaringan parut. Jaringan parut yang baru mungkin masih mengalami perubahan, sementara parut lama cenderung lebih stabil.

Hal lain yang perlu diketahui dokter adalah infeksi mata sebelumnya, seperti herpes simplex atau keratitis bakteri. Infeksi tersebut dapat mempengaruhi kondisi kornea dan kemampuannya untuk sembuh setelah LASIK. Kondisi mata lain, seperti sindrom mata kering, glaukoma, atau uveitis juga perlu dipertimbangkan, karena dapat mempengaruhi hasil dan risiko prosedur LASIK.

Jika sebelumnya pasien pernah menjalani operasi mata, informasi ini perlu disampaikan kepada dokter. Bekas luka atau perubahan struktural dari operasi sebelumnya dapat memengaruhi rencana LASIK. Selain itu, mengetahui hasil dari operasi sebelumnya (apakah sukses atau ada komplikasi) membantu dalam menilai risiko dan manfaat LASIK.

Berkonsultasi dengan dokter berpengalaman akan memberikan gambaran yang jelas tentang kelayakan Anda. Kornea yang tipis membuat Anda tidak memenuhi syarat sebagai kandidat LASIK yang baik. Melakukan LASIK pada kornea yang tipis dapat menyebabkan komplikasi. Dalam beberapa kasus, pasien dengan kornea tipis mungkin disarankan oleh dokter untuk memilih PRK (Photorefractive Keratectomy).

PRK, yang sudah lebih dulu dipraktikkan sebelum LASIK, tidak memerlukan pembuatan flap kornea. Karena itu, PRK bisa menjadi pilihan yang lebih baik untuk beberapa pasien dengan jaringan parut.

Operasi PRK tidak terlalu terpengaruh oleh jaringan parut kornea, karena dilakukan sepenuhnya pada permukaan mata. Jika kornea Anda memiliki bekas luka, tetapi bentuknya normal dan sehat, Anda mungkin merupakan kandidat yang baik untuk PRK, meskipun tidak cocok untuk LASIK.

Ada pula opsi transplantasi kornea. Dalam kasus jaringan parut yang sangat luas atau tebal, transplantasi kornea mungkin menjadi pilihan lebih baik untuk memulihkan penglihatan Anda.

Karena konsultasi dan pemeriksaan mata merupakan langkah penting sebelum LASIK, maka Anda tidak perlu menunda keputusan untuk segera menghubungi SILC Lasik Center. Dengan konsultasi bersama dokter ahli di SILC, Anda akan mendapatkan jawaban dari semua keraguan Anda tentang kondisi jaringan parut kornea dan LASIK.