Amankah LASIK Bagi Pasien dengan Jaringan Parut Kornea?
Thursday, October 17, 2024 | SILC Lasik Center
Amankah LASIK Bagi Pasien dengan Jaringan Parut Kornea?
Jika Anda sekarang sedang mempertimbangkan LASIK (Laser Assisted In Situ Keratomileusis), apakah jaringan parut kornea yang Anda miliki akan langsung membuat Anda dinyatakan tak layak untuk LASIK? Belum tentu. Karena itu, jangan langsung menganggap bahwa LASIK tidak aman bagi Anda dan langsung mundur dari niat Anda menjalani LASIK.
Demi keamanan dan hasil operasi yang optimal, LASIK menentukan sejumlah syarat penting bagi kandidatnya. Salah satu syaratnya adalah kornea yang sehat. Sebab, saat prosedur LASIK, kornealah yang akan diubah bentuknya. Dokter ahli akan merencanakan berbagai pemeriksaan untuk memastikan kelayakan Anda.
Apa itu jaringan parut kornea?
Kornea merupakan permukaan depan mata berbentuk kubah yang bertugas untuk membelokkan cahaya agar jatuh tepat pada retina, sehingga kita dapat melihat dengan jelas. Kornea berfungsi sebagai antarmuka yang halus terhadap cahaya serta penghalang terhadap kotoran yang mengganggu. Kejernihan jaringan kornea akan mengganggu kemampuan kita untuk melihat dengan jelas.
Jaringan parut pada kornea dapat membuat penglihatan Anda terdistorsi atau menghalangi lapang pandang Anda. Bekas luka di bagian tengah kornea akan mengakibatkan gangguan penglihatan yang parah. Selain itu, jaringan parut juga dapat menarik kornea, sehingga mengganggu permukaannya yang halus dan mengganggu cara kornea membiaskan cahaya ke dalam mata.
Kornea sebenarnya tahan terhadap kerusakan dan biasanya sembuh dari kerusakan ringan dalam beberapa hari. Tapi, kerusakan yang lebih dalam dan lebih serius pada permukaan kornea dapat menyebabkan jaringan parut. Jaringan parut pada kornea dapat terjadi karena berbagai kondisi, misalnya ulkus kornea, trauma mata, herpes, dan penggunaan lensa kontak yang tidak tepat.
Bekas luka pada mata dapat memburuk dalam kurun waktu berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun, jika terdapat penyakit mata yang mendasari, misalnya pada kondisi keratokonus. Namun, pada kasus seperti cedera atau infeksi, bekas luka pada kornea mungkin tidak akan berubah setelah cedera atau infeksi sembuh.
Gejala jaringan parut kornea
Kornea memiliki banyak ujung saraf yang terkonsentrasi di satu area, sehingga kerusakan pada permukaan ini dapat menyebabkan rasa sakit yang parah. Setelah bekas luka terbentuk, biasanya tidak lagi terasa nyeri.
Beberapa gejala lain yang mungkin Anda alami, antara lain penglihatan kabur, sensasi ada benda asing karena ketidakteraturan permukaan, sensitivitas berlebih terhadap cahaya, mata merah, kelopak mata bengkak, air mata yang berlebihan, dan ada sensasi terbakar
Seandainya Anda mengalami gejala tersebut, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter mata, yang akan melakukan pemeriksaan diagnostik. Selama pemeriksaan, dokter mata akan memeriksa permukaan depan mata Anda dengan menggunakan alat bantu pembesar, seperti lampu celah dan oftalmoskop. Alat-alat ini memungkinkan dokter melihat mata Anda dengan lebih baik. Meski terdengar menyakitkan, prosedur tersebut membuat Anda merasa sakit.
Dokter juga dapat menggunakan pewarna khusus untuk melihat lapisan kornea dengan lebih baik dan menilai kondisinya saat ini. Dikombinasikan dengan cahaya biru, pewarna tersebut memungkinkan dokter untuk melihat kornea dan bekas luka mata secara optimal.
Dokter akan dapat menentukan luasnya jaringan parut mata yang telah terjadi dan menentukan langkah selanjutnya untuk memastikan kejernihan penglihatan Anda.
Penyebab jaringan parut kornea
Jaringan parut kornea dapat terjadi sebagai akibat dari beberapa hal, antara lain:
1. Pemakaian lensa kontak yang tidak tepat
Penggunaan lensa kontak yang tidak tepat terkait erat dengan jaringan parut pada mata. Di dalamnya termasuk proses pembersihan yang tidak sesuai, mengabaikan jadwal penggantian yang tepat, kebersihan tangan yang tidak memadai, dan tidur dengan lensa kontak. Semua faktor ini meningkatkan risiko infeksi yang dapat membentuk ulkus kornea dan pembentukan jaringan parut pada mata. Karena itu, ikuti panduan kebersihan lensa yang tepat untuk mencegah komplikasi.
2. Keratitis
Keratitis merupakan peradangan kornea yang disebabkan oleh infeksi virus, bakteri, atau jamur. Peradangan kornea bisa diakibatkan oleh cedera mata dan proses pembersihan lensa kontak yang tidak baik. Ada beberapa cara yang bisa direkomendasikan oleh dokter untuk mengatasi keratitis, seperti antibiotik, tetes mata antivirus, dan tetes mata steroid. Keratitis yang tidak diobati dapat berkembang menjadi kerusakan kornea permanen, seperti jaringan parut.
3. Herpes okular
Herpes adalah virus yang dapat hidup dalam keadaan tidak aktif di dalam tubuh Anda dan dapat diaktifkan kembali di kemudian hari sebagai respons terhadap stres. Penyakit herpes berpotensi meninggalkan luka pada kornea. Lama-kelamaan luka tersebut dapat berubah menjadi kerusakan permanen dan jaringan parut herpes.
Jika sewaktu kecil Anda pernah menderita cacar air, Anda memiliki risiko terkena herpes zoster di kemudian hari. Herpes zoster juga dapat menyebabkan terbentuknya luka pada kornea.
4. Degenerasi kornea
Degenerasi kornea merupakan masalah pada struktur kornea yang terjadi seiring waktu. Contohnya, keratokonus. Kondisi ini menyebabkan kornea menipis dan berbentuk tidak beraturan. Bentuk yang dihasilkan menyerupai bentuk kerucut. Bentuk yang tidak beraturan ini menyebabkan penglihatan kabur yang dimulai pada masa remaja dan berlanjut hingga dewasa. Keratokonus dapat menyebabkan pembengkakan dan jaringan parut pada kornea akibat perubahan yang terjadi pada strukturnya.
5. Distrofi kornea
Distrofi kornea terjadi akibat pertumbuhan abnormal pada kornea, yang berpotensi mengganggu penglihatan Anda dan menyebabkan kornea keruh. Pemeriksaan mata tahunan dapat membantu mendeteksi distrofi sejak dini, sehingga dapat ditangani secara tepat waktu.
Cegah jaringan parut kornea
Jika Anda adalah pemakai lensa kontak, ikuti panduan kebersihan yang ketat untuk menjaga kesehatan mata yang optimal. Dan, jangan tidur dengan lensa kontak terpasang. Hal ini secara efektif akan mengurangi kemungkinan infeksi kornea dan pembentukan jaringan parut. Lindungi mata Anda selama berolahraga dengan menggunakan goggle atau kacamata.
Namun, beberapa kondisi, seperti keratokonus dan herpes, tidak dapat dicegah. Namun, dengan pemeriksaan mata secara teratur, Anda dapat menemukan dan mengobati kondisi-kondisi tersebut secara dini. Hal ini akan sangat meningkatkan kualitas hidup Anda dan mengurangi komplikasi yang parah.
Ada sejumlah kiat untuk mencegah cedera dan jaringan parut kornea, seperti:
1. Cuci tangan sebelum menyentuh mata atau area di sekitar mata, termasuk mencuci tangan sebelum memasukkan lensa kontak.
2. Gunakan larutan pembersih lensa kontak yang tepat sesuai dengan jenis lensa yang Anda miliki.
3. Ganti wadah lensa kontak setiap 2-3 bulan.
4. Ketahui berapa lama lensa kontak Anda boleh dipakai dalam waktu sehari.
Amankah untuk LASIK?
Bekas luka pada kornea kemungkinan besar akan bersifat permanen karena lapisan dalam kornea tidak dapat mendaur ulang dirinya sendiri seperti lapisan epitel luar. Bekas luka yang dangkal ini umumnya tidak menjadi masalah, jika Anda sedang mempertimbangkan LASIK. Hanya saja, jika bekas luka tersebut sangat tebal dan dalam, kondisi tersebut dapat memengaruhi pembuatan flap saat prosedur LASIK.
Selam aini Anda mungkin tidak pernah menyadari adanya jaringan parut kornea, hingga kemudian dokter mendeteksinya. Itu berarti, kemungkinan besar bekas luka tersebut tidak terlihat secara kosmetik dan mungkin juga tidak memengaruhi penglihatan sama sekali.
Jika kasusnya seperti ini, tidak ada yang perlu dilakukan untuk mengobati bekas luka tersebut. Jaringan parut itu hanya seperti memiliki tanda lahir yang tidak terlihat oleh siapa pun dan tidak memengaruhi Anda. Kecuali, jika bekas luka tersebut besar dan berada di tengah. Kemungkinan besar penglihatan Anda akan terdampak, misalnya menjadi kabur.
Perlu diketahui, LASIK juga tidak akan menghilangkan bekas luka, karena prosedur tersebut melibatkan pembuatan flap. Sementara itu, PRK (Photorefractive Keratectomy) berpotensi untuk mengatasi bekas luka tersebut. Pada PRK, epitel kornea diangkat dan jaringan di bawahnya dibentuk dengan laser. Setelah perawatan, lensa kontak perban ditempatkan di atas kornea dan epitel akan tumbuh kembali. Bekas luka pada permukaan kornea dapat dihilangkan melalui prosedur ini.
Karena menangani lapisan luar stroma, PRK dapat menghilangkan bekas luka ini. Tapi, bedah laser ini memiliki waktu penyembuhan yang lebih lama daripada LASIK. Jika bekas luka tidak memengaruhi penglihatan, sebagian besar dokter bedah tidak akan merekomendasikan perawatan untuk menghilangkan bekas luka yang tidak berpengaruh pada performa penglihatan.
Pasien dengan riwayat jaringan parut pada mata akibat operasi atau cedera sebelumnya harus dievaluasi secara menyeluruh oleh dokter ahli untuk menentukan apakah jaringan parut ini akan memengaruhi hasil LASIK. Dokter bedah Anda harus memeriksa mata Anda secara komprehensif untuk menilai dampak potensial dari jaringan parut di masa lalu.
Pilih LASIK daripada lensa kontak
Jika Anda mempunyai beberapa jaringan parut kornea, LASIK merupakan alternatif yang jauh lebih aman dan sehat daripada penggunaan lensa kontak. Lensa kontak memiliki risiko lebih tinggi untuk menyebabkan jaringan parut kornea, karena potensi infeksi yang disebabkan oleh penggunaan yang tidak higienis atau berkepanjangan.
Lensa kontak harus dibersihkan dan disimpan dalam larutan steril untuk mencegah kontaminasi. Menggunakan teknik pembersihan yang tidak tepat, seperti membilas lensa dengan air keran, menggunakan kembali larutan yang lama, atau tidak mengganti wadah lensa secara teratur, dapat menimbulkan bakteri atau jamur berbahaya. Mikroorganisme ini dapat menyebabkan infeksi, seperti keratitis mikroba, yang menyebabkan peradangan kornea, dan jaringan parut.
Lensa kontak memiliki masa pakai tertentu, biasanya direkomendasikan oleh produsen atau dokter mata. Menggunakan lensa melebihi waktu pemakaian yang direkomendasikan dapat meningkatkan risiko penumpukan bakteri dan kerusakan bahan lensa. Hal ini dapat mengiritasi kornea dan membuatnya lebih rentan terhadap infeksi atau kerusakan.
Kebersihan tangan yang tidak memadai juga berperan menyebabkan infeksi. Sebelum memegang lensa kontak, Anda harus mencuci tangan dengan sabun dan air. Kebersihan tangan yang buruk dapat memindahkan kotoran, minyak, dan mikroorganisme ke lensa, sehingga menyebabkan infeksi.
Di sisi lain, LASIK memiliki risiko sangat kecil untuk menyebabkan jaringan parut, terutama jika prosedurnya dilakukan dengan baik dan diikuti perawatan pasca operasi yang tepat.
SILC Lasik Center dilengkapi dengan peralatan diagnosis yang lengkap untuk mendeteksi masalah pada penglihatan Anda. Dokter ahli di SILC pun merupakan dokter dengan pengalaman panjang di dunia LASIK dan bedah laser lain. Sebagai andalan para public figure, reputasi SILC tak usah diragukan lagi.
Table of Contents
- Amankah LASIK Bagi Pasien dengan Jaringan Parut Kornea?
- 5 Alasan Mengapa LASIK Dapat Membantu Kamu Lolos Tes Mata Kedinasan
- Mengenal KLEx: Teknologi Terkini Bedah Refraksi Tanpa Flap
- Membuka Jalan Menuju Langit Biru: Peran Krusial LASIK untuk Calon Penerbang TNI AU
- Tanya Jawab Umum LASIK untuk Orang Tua Calon Peserta Sekolah Kedinasan
- Mengapa SILC LASIK Center Dipercaya oleh Banyak Calon Taruna atau Praja Sekolah Kedinasan?