Kenali Tanda Awal Glaukoma, Jika Anda Miopia Tinggi
Friday, November 15, 2024 | SILC Lasik CenterMiopia atau mata minus ternyata bukan hanya masalah tidak bisa melihat objek pada jarak yang jauh. Ternyata, ada sejumlah kondisi kesehatan yang bisa terjadi, jika miopia Anda tidak ditangani dengan baik. Salah satunya adalah glaukoma. Miopia saja sudah membuat kualitas hidup Anda menurun. Apalagi, ditambah dengan glaukoma.
Karena itu, Anda perlu mencari solusi terbaik terlebih dahulu untuk mengatasi miopia. Karena, pengobatan akan lebih kompleks, jika glaukoma telanjur datang. Agar tidak kecolongan, kenali dahulu tanda awal munculnya glaukoma, terutama jika Anda mempunyai miopia tinggi.
Apa itu glaukoma?
Glaukoma merupakan sekelompok kelainan yang merusak saraf optik mata (bertugas membawa sinyal visual dari retina ke otak, sehingga kita dapat melihat. Pada glaukoma, saraf optik rusak secara perlahan-lahan, yang menyebabkan hilangnya penglihatan secara bertahap dan kebutaan permanen.
Karena kerusakan terjadi secara perlahan, sering kali glaukoma muncul tanpa gejala dan tidak disadari hingga kemudian sudah terlambat. Seiring dengan perkembangannya, glaukoma dapat berpengaruh terhadap kualitas hidup, peningkatan risiko jatuh, penurunan mobilitas, dan kesulitan dalam mengemudi.
Glaukoma terkait erat dengan peningkatan tekanan intraokular. Mata sehat menghasilkan cairan aqueous, yang mengalir melalui dan keluar dari mata. Pada glaukoma, proses ini tidak berjalan dengan baik, sehingga mengakibatkan peningkatan tekanan bola mata dan kerusakan saraf optik.
Glaukoma terbagi menjadi dua jenis, yaitu glaukoma sudut terbuka dan glaukoma sudut tertutup. Jenis ini ditentukan oleh struktur jalur drainase di bagian depan mata (dikenal dengan istilah sudut), tempat mengalirnya cairan akuos.
Glaukoma merupakan penyakit yang kompleks. Tapi, ada sejumlah faktor risiko yang perlu diperhatikan. Di antaranya, usia di atas 60 tahun, riwayat trauma mata atau operasi mata berulang kali, kondisi mata kronis, seperti penyakit mata diabetes, juga rabun dekat atau rabun jauh.
Kaitan antara glaukoma dan miopia
Glaukoma dan miopia (rabun jauh atau mata minus) memiliki hubungan yang cukup erat, terutama karena risiko glaukoma lebih tinggi pada orang dengan miopia tinggi (miopia berat). Perlu dicatat, miopia sendiri sebenarnya bukanlah penyebab langsung glaukoma. Hanya saja, dua kondisi itu berkaitan dalam beberapa hal.
Orang dengan miopia tinggi (biasanya lebih dari -6 dioptri) memiliki risiko lebih besar terkena glaukoma. Hal ini terkait dengan perubahan struktur anatomi mata pada orang dengan miopia tinggi, seperti penipisan retina, yang dapat berpengaruh terhadap aliran cairan dalam mata dan tekanan intraokular.
Glaukoma terjadi ketika tekanan dalam mata (tekanan intraokular) meningkat dan menyebabkan kerusakan saraf optik. Pada orang dengan miopia, bentuk bola mata yang lebih lonjong (elongasi aksial) dapat memengaruhi aliran cairan di dalam mata, yang bisa meningkatkan tekanan dan berisiko mengembangkan glaukoma.
Di samping itu, pada orang dengan miopia, mendeteksi glaukoma bisa menjadi lebih sulit. Karena struktur mata yang berbeda pada orang dengan miopia, tanda-tanda awal glaukoma, seperti perubahan pada saraf optik atau kerusakan lapang pandang, mungkin lebih sulit dideteksi dengan metode standar.
Ditambah lagi, risiko glaukoma meningkat seiring bertambahnya usia. Dan, pada orang dengan miopia, risiko ini menjadi lebih signifikan seiring bertambahnya usia.
Tanda awal glaukoma pada miopia tinggi
Pada orang dengan miopia tinggi, struktur bola mata yang lebih panjang (memanjang ke arah depan belakang) mengubah bentuk retina dan saraf optik, sehingga bentuk cekungan alami cakram optik bisa tampak lebih dalam bahkan tanpa glaukoma. Ini menyulitkan dokter mata untuk mendeteksi perubahan khas glaukoma hanya melalui pemeriksaan visual biasa. Teknik diagnostik seperti Optical Coherence Tomography (OCT) atau Visual Field Test biasanya digunakan untuk membantu deteksi yang lebih akurat.
Sebenarnya tanda-tanda awal glaukoma pada orang dengan miopia bisa sulit dikenali, karena struktur mata mereka yang berbeda, terutama pada kasus miopia tinggi. Tapi, ada beberapa tanda awal glaukoma yang perlu diperhatikan, antara lain:
1. Penurunan penglihatan perifer (tepi)
Glaukoma awal sering menyebabkan hilangnya penglihatan di bagian tepi lapang pandang terlebih dahulu. Penurunan penglihatan perifer dapat menyebabkan sulit memperhatikan kendaraan atau pejalan kaki dari arah samping. Pada penderita miopia, perubahan ini mungkin lebih sulit disadari, karena mereka sudah terbiasa dengan masalah penglihatan.
Pada kondisi glaukoma, kehilangan penglihatan biasanya terjadi di area tepi terlebih dahulu, membuat pandangan seseorang menjadi sempit. Seiring perkembangan glaukoma, area yang terlihat akan semakin sempit dan mengarah ke efek terowongan, yaitu pandangan hanya terlihat jelas di pusat. Selain itu, objek yang berada di samping mungkin tidak terlihat tanpa menggerakkan kepala.
2. Penglihatan kabur atau terasa terhalang
Beberapa penderita glaukoma melaporkan pandangan yang kabur atau seperti ada bayangan yang menghalangi pandangan, terutama dalam kondisi cahaya yang rendah. Karena rabun jauh, gejala ini bisa terasa samar dan dianggap sebagai masalah biasa.
Glaukoma dapat menghambat kemampuan mata untuk beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan terang-gelap. Hal ini membuat bayangan atau halangan di lapang pandang terasa lebih jelas, ketika beralih dari ruangan terang ke ruangan yang lebih gelap, misalnya.
3. Mata mudah lelah atau sakit kepala ringan
Pada tahap awal glaukoma, peningkatan tekanan dalam mata dapat menyebabkan rasa tidak nyaman atau mata cepat lelah, yang sering disertai dengan sakit kepala ringan. Orang dengan miopia tinggi mungkin merasakan ketegangan mata ini saat membaca atau melihat benda dari jarak dekat.
4. Penurunan penglihatan malam
Sensitivitas terhadap cahaya bisa menurun pada glaukoma awal. Orang dengan miopia tinggi biasanya sudah kesulitan dengan penglihatan malam, sehingga ini bisa lebih sulit terdeteksi.
Dalam kondisi gelap, orang dengan glaukoma dan miopia tinggi mungkin merasakan pandangan lebih buram di seluruh lapang pandang. Kesulitan melihat detail atau kontras rendah membuat mereka kurang mampu mengenali objek atau perbedaan warna dengan baik, terutama dalam lingkungan yang minim cahaya.
5. Cakram optik yang berubah
Perubahan pada saraf optik, terutama cakram optik yang lebih dalam atau lebih cekung, adalah tanda awal yang dapat dilihat dokter mata, saat melakukan pemeriksaan menyeluruh. Pada miopia tinggi, cakram optik sudah cenderung punya bentuk berbeda, sehingga perubahan awal glaukoma dapat lebih sulit diidentifikasi.
Orang dengan miopia sebaiknya melakukan pemeriksaan mata secara rutin, terutama jika mereka mengalami gejala di atas, untuk mencegah kerusakan permanen akibat glaukoma yang tidak terdeteksi.
Deteksi dini super penting
Miopia dan miopia tinggi diperkirakan memengaruhi 50 persen dan 10 persen populasi dunia pada tahun 2050. Sebagai konsekuensinya, kita juga akan melihat peningkatan besar pada gangguan penglihatan yang berhubungan dengan miopia. Degenerasi makula rabun telah menjadi penyebab utama kebutaan permanen di sejumlah negara.
Tingkat miopia yang lebih tinggi diketahui telah meningkatkan risiko komplikasi mata seperti ablasio retina, retinoschisis, glaukoma sudut terbuka, dan katarak, yang dapat menyebabkan kehilangan penglihatan permanen di kemudian hari. Hal ini disebabkan oleh peningkatan panjang aksial yang tidak normal pada miopia, yang mengarah ke perubahan struktural dan fisiologis pada mata.
Jika Anda khawatir tentang glaukoma, terutama jika Anda memiliki riwayat glaukoma dalam keluarga, pendekatan terbaik adalah mengunjungi dokter mata Anda secara teratur. Setiap orang dewasa harus melakukan pemeriksaan mata dasar pada usia 40 tahun, meskipun penglihatan Anda normal. Kehilangan penglihatan akibat glaukoma dapat diminimalkan dengan treatment yang tepat. Jadi, deteksi dini merupakan kunci.
Miopia merupakan faktor risiko yang signifikan untuk pengembangan glaukoma. Ada beberapa alasan untuk hal ini, yang tidak semuanya bisa dipahami dengan baik. Selain itu, banyak orang dengan miopia memiliki kepala saraf optik dengan tampilan yang 'mencurigakan', yang mungkin terlihat sangat mirip dengan apa yang terlihat pada orang yang mengalami kerusakan saraf optik akibat glaukoma.
Kadang-kadang, membedakan ‘terduga glaukoma' dengan orang yang benar-benar menderita glaukoma dapat menjadi sangat sulit pada orang yang mengalami rabun jauh. Orang yang memiliki rabun jauh memiliki risiko dua kali lipat terkena glaukoma dibandingkan dengan populasi umum.
Glaukoma sudut terbuka umumnya dilaporkan oleh pasien rabun jauh yang berusia lebih muda. Karena itu, ada kebutuhan untuk mendeteksi dan mengobati secara dini pada pasien-pasien yang berisiko.
Orang dengan miopia memerlukan pemeriksaan mata secara teratur, termasuk memeriksa saraf optik dan lapang pandang, untuk mencari tanda-tanda perkembangan glaukoma. Karena penderita miopia memerlukan kacamata dan lensa kontak, mereka sering berkonsultasi dengan tenaga profesional di bidang kesehatan mata. Namun, terkadang sangat sulit untuk menentukan perubahan glaukomatosa dari perubahan lain pada mata, yang berkaitan dengan miopia, bahkan dengan pemeriksaan tambahan modern.
Mata yang mengalami rabun jauh cenderung berukuran lebih besar daripada ukuran rata-rata. Hal ini membuat saraf optik di bagian belakang mata lebih rentan terhadap perubahan tekanan intraokular. Ada teori yang menyatakan bahwa selama pergerakan mata, saraf optik meregang lebih banyak pada orang yang memiliki bola mata yang lebih besar. Hal ini dapat menimbulkan glaukoma.
Penanganan glaukoma
Penanganan glaukoma pada pasien dengan miopia serupa dengan penanganan glaukoma pada orang lain, tetapi bisa menjadi lebih menantang. Ketika tekanan bola mata sudah relatif rendah sejak awal, maka akan sulit untuk menurunkan tekanan bola mata lebih lanjut dengan pengobatan standar. Selain itu, penanganan bedah pada mata rabun jauh lebih menantang.
Mata yang mengalami rabun jauh secara anatomis lebih besar dan merespons pembedahan secara berbeda. Selain itu, mata dengan rabun jauh tidak dapat menoleransi tekanan rendah (hipotonis) dengan baik.
Karena angka kejadian miopia meningkat secara dramatis di negara maju, maka jumlah kasus glaukoma yang terkait dengan hal ini juga akan meningkat. Upaya untuk memahami progresivitas miopia dengan harapan dapat melakukan intervensi yang efektif merupakan langkah penting, di samping melakukan pemeriksaan pada penderita miopia untuk mendiagnosis glaukoma secara dini.
Agar miopia tidak terus berkembang, sehingga mengembangkan risikonya, ada baiknya Anda mempertimbangkan LASIK (Laser Assisted In Situ Keratomileusis) yang mampu mengatasi miopia tinggi. Dengan mengoreksi miopia, risiko Anda terkena glaukoma akan menurun.
Jika Anda merasa bahwa kondisi miopia Anda telah membuat kualitas hidup menurun, ini saatnya menghubungi dokter di SILC Lasik Center dan mencari solusi terbaik. Jangan tunda untuk berkonsultasi, sebelum semua terlambat. Luangkan waktu sesaat untuk menjalani pemeriksaan, jika Anda memiliki faktor risiko.